Minggu, 29 Mei 2011

Edit

Kaus Kutang, Sarung dan Bulutangkis

Untukmu Guru
"Ketika kaki ini melangkah
Ketika jemari ini mulai bekerja
Ketika peluh mulai menetes
Ku ingat jasa-jasamu wahai Guruku
Ketika hujan menerpa
Ketika terik menyengat tubuh
Kau tetap berada bersama kami
Kau tetap membimbing kami
Apa yang kau punya
Apa yang kau bisa
Kau berikan dengan ikhlas kepada kami
Sebagai bekal tuk mengapai bintang di langit tinggi
Kini jasamu ku kenang slalu
Kini saatnya kami berbakti
Kepada engkau panutan kami
Wahai ...GURUku"
Itulah sekilas bait puisi untuk guru-guru yang telah berjasa bagi penulis puisi tersebut (boleh ngutip dari http://alumnismea21.blogspot.com/2009/01/untukmu-guru.html)

Ternyata salah satu dari guru yang disebutkan oleh blogger diatas tak lain dan tak bukan adalah Alm. Eyangku, Tahyadi KS.

Ya, Suatu hari, Tak sengaja aku mengetik nama eyangku di mbah google hanya karena keisenganku akan kerinduan pada Alm. eyang. dan ternyata kutemukan sebuah tulisan yang ditujukan untuk eyang.

Eyangkung, begitu biasanya aku menyapa beliau. Eyang kakung, mungkin itu asal katanya namun karena sejak kecil tidak bisa memanggil panjang2 jadi cucu2 eyang memanggilnya dengan sebutan eyangkung. Pekerjaan kakekku dari pihak ibu ini adalah seorang guru, hebatnya (kata mama) eyang ini selalu dapat beasiswa untuk sekolahnya (padahal jaman dulu beasiswa susah banget untuk orang pribumi). Alhasil, eyang bisa sekolah sampai S1 (waktu itu S1 udah hebat bgt). Setelah menjadi guru, eyang naik pangkat menjadi kepala sekolah. Entah sudah berapa sekolah yang ia kepalai namun yang kutahu waktu mamaku kecil eyang sudah menjadi kepala sekolah di SD tempat mama, pakde, bude dan om2 sekolah, juga tempatku menimba ilmu, SD YASPORBI I, Pancoran.
Kemudian Eyang dipercaya mengepalai beberapa SMA (kurang tau apa saja tapi yg pasti SMA YASPORBI pernah dikepalai eyang waktu aku masih SD).

Eyang orangnya sederhana dan nggak neko2, beliau selalu makan masakan rumah alias masakan eyangbu (panggilan buat eyang putri kali ya kalo untuk orang Jawa) yang memang paling lezat. Eyang juga termasuk orang yang intelek, ia bahkan pernah keliling Eropa dalam rangka sebuah event. Semua dibiayai. eyang juga bisa diajak ngobrol dan curhat, terutama tentang masa depan dan sekolahku. Eyang juga orangnya cekatan dan tangkas, terbukti ketika lampu di rumah atau perangkas ada yg rusak, eyang segera membetulkannya dan tak membiarkan rumah menjadi gelap. kalaupun tidak bisa membetulkannya, eyang memanggil tukang sehingga kami di rumah merasa nyaman.

Meski rumahnya sederhana dan nyamaaaan sekali untuk ditinggali alias adeeeem banget(karena aku sempat tinggal disana beberapa kurun waktu), Eyang masih sempat memikirkan saudara2nya yang lain. Meski anak kandung eyang ada 7 orang, eyang masih bisa menyekolahkan ponakan2nya yang terbilang kurang mampu hingga menjadi sukses seperti sekarang.

Kadang dulu aku merasa eyang baweel banget, tapi kalo udah nggak pernah ketemu lagi jadi menyesal pernah merasa kayak gitu.

Ketika aku tinggal di rumah eyang dalam beberapa kurun waktu, dan memang hampir setiap hari aku kesini jika aku tinggal di rumah (bingung ya? iya aja deh), aku sering memperhatikan kebiasaan eyang.

Eyang selalu sholat subuh, maghrib dan isya di musholla belakang rumah, musholla kecil yang terletak di lapangan tenis belakang rumah. Kadang beliau menjadi imam, begitu pula ketika Ramadhan tiba. Biasanya kalau puasa, eyangbu sering membuatkan teh dan makanan2 manis bagi penghuni musholla.

Kalau di rumah, hobi eyang memakai kaus kutang dan sarung. Baunya khas sekali. Aku tidak tau itu bau apa, mungkin khas dari pengharum yg digunakan eyangbu.

Hobi eyang sama denganku, nonton pertandingan bulutangkis. Hanya eyangkung yang bisa membuatku seru dan merasa memiliki punya teman kalau menonton pertandingan bulutangkis di rumah.

Sewaktu aku kelas 3 SMA dan bingung mau kuliah dimana dan memilih jurusan apa, Eyangkung memberiku saran. Katanya aku bisa masuk farmasi atau yang berhubungan dgn kimia2 karena aku suka kimia. itu terjadi sebelum November 2006. aku merindukan diskusi ini, diskusi mengenai masa depanku dengan orang yang menjadi panutanku. aku pernah bilang padanya bahwa aku tertarik untuk ikut PMDK IPB dan beliau sangat mendukung dan percaya bahwa aku bisa lolos, namun sampai saat ini aku tidak pernah bisa menyampaikan padanya dan berkata, "Yangkung, alhamdulillah Sarah diterima PMDK IPB, Jurusan Teknologi Pangan.." Tidak akan pernah.

Suatu malam saat aku ke rumahnya, beliau dalam keadaan sehat setelah sakit selama beberapa waktu. aku duduk di kursi meja makan dan menatap punggung beliau yang saat ini sedang tiduran di lantai, mengenakan kaus kutang dan sarung. Entah pikiran dari mana saat melihat beliau malam itu, terbesit di pikranku "Bagaimana kalau Yangkung meninggal ya..??"

Setelah itu aku pun pulang ke rumahku. aku pun terlelap tidur hingga tiba2 sekitar jam 3 pagi, ibuku meneleponku sambil menangis dan memberi kabar bahwa Eyangkung sudah tidak ada. Aku pun tersentak. Baru saja beberapa jam lalu aku berpikiran seperti itu ternyata benar terjadi, aku tak percaya. Ya, ini karena beliau sehat sekali pada malam itu. Innalillahi wa inna ilaihi Roji'un.. Telah berpulang ke Rahmatullah Tahyadi Kasnari pada usia 68 tahun.

Semoga Allah membalas semua amal-amalnya dan menempatkannya di tempat terbaik di alam sana..

Dear Eyangkung, Thanks for being The real Father's Role Model for me..

Love you always,
Sarah

1 komentar: