Selasa, 21 Oktober 2014

Edit

Kisah Wafatnya Nabi Muhammad (Tafsir Ali Imran 144-148)



Oleh: Ustadzah Halimah Alaydrus (Masjid Al-Ittihad, 21 Oktober 2014)

Pada hakikatnya hidup ini ya hanya begitu saja. Dari lahir, tumbuh kanak-kanak, remaja, dewasa, sekolah, kerja, nikah, punya anak, tua, punya cucu, sakit kemudian mati. Bukankah semua manusia pun sama? Fasenya saja yg berbeda. Ada yang setelah lahir kemudian wafat, ada yg wafat sebelum menikah, ada yang wafat setelah punya anak, dsb. Hidup ini sama, karena ada dua hal yang pasti, yakni: Lahir dan Mati. Bukankah memang begitu?

FYI, Tulisan ini sepertinya akan sangat panjang karena nggak bisa disingkat. Jadi mohon disimak yaah J

Setelah Hijrah ke Madinah

Nabi Muhammad hijrah selama 10 tahun di Madinah. Hal pertama yang ia lakukan selama disana adalah pembangunan Infrastruktur (masjid) kemudian baru beliau melatih pasukan perang. Salah satu pembangunan mental yang Rasul lakukan adalah dengan membaiat (mempersaudarakan) Kaum Muhajirin (orang2 Mekkah) dan Kaum Anshor (orang2 Madinah). FYI, karakter dua kaum tersebut sangat berbeda. Orang2 Mekkah yg terbiasa berdagang memiliki karakter struggle (kekar2 karena memiliki pekerjaan berdagang dari suatu negeri ke negeri lain, membawa kafilah dagang, bukan dagang di satu took saja, sehingga tak heran karakter mereka cukup keras), sedangkan orang2 Madinah rata2 adalah petani, dan memiliki karakter yang lembut. Ibarat karakter orang Medan dan orang Solo aja lah hehehe…

Karena dipersaudarakan Rasul, kaum Anshor lantas dengan murah hatinya memberikan apa2 yang mereka miliki pada kaum Muhajirin yang hijrah dengan tidak membawa apa2. Tidak punya saudara, harta bahkan istri sekalipun.

“Wahai saudaraku, aku memiliki dua rumah. Pilih mana yang kau sukai maka itu adalah milikmu..”

“Wahai saudaraku, aku punya dua petak sawah.. mana yang kau kehendaki untuk digarap, maka kuberikan itu untukmu..”

“Wahai saudaraku..aku memiliki dua istri, pilih mana yang kau sukai.. maka akan kuceraikan dia untukmu kau nikahi..”

Coba bayangkan (eniwei, waktu itu masih boleh apa kasih istri, sekarang maaah weleh2 wkwkwk).. mereka bahkan menganggap kaum Muhajirin bagaikan saudara yang melebihi saudara sedarah mereka.. begitu besar pengorbanan kaum Anshor.. masha Allah..


Khutbah Arafah Rasul

Selama 10 tahun di Madinah, Islam sudah berkembang sangat pesat hingga ke Kuwait dan Bahrain, Irak bahkan Turki. Sehingga ada sekitar 124.000 pengikut (yang diajak pergi haji wada).

Tahun ke-8 Rasul Umroh namun belum diperbolehkan masuk Mekkah. Kemudian setahun setelahnya baru terjadi fathuh mekkah. Kemudian baru di tahun ke-10, seluruh umat Muslim dari seluruh jazirah Arab berkumpul di Padang Arafah untuk sama2 menunaikan ibadah haji.

Ketika Rasul menyampaikan khutbah Arafah tersebut, maka turunlah ayat terakhir Al-Aquran yang dibacakan oleh Rasul:

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, & telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu & telah kuridhoi Islam itu sebagai agamamu.” (QS. Al Maidah: 3)

Semua yang mendengar ucapan Rasul saat itu bergembira… kecuali satu orang..
Ia adalah Abu Bakar..

Kau tau? Abu Bakar yang cintanya terlebih2 pada Rasul, yang jiwa dan hatinya terikat pada Rasul, merasa ayat yang turun tersebut mengisyaratkan hal lain. Yang hanya dirasakan oleh hatinya yang sensitif..

Jika agama ini sudah sempurna, sehingga takkan bisa lebih sempurna lagi. Sedangkan Rasul bertugas menyempurnakan agama ini.. maka itu artinya tugas Rasul sudah selesai, dan...

Rasul kemudian menyampaikan...

“Ketika sang hamba disuruh hidup lebih lama atau berjumpa dengan Tuhannya, maka lebih baik ia berjumpa dengan Tuhannya..”

Mendengar hal tsb. Abu Bakar pingsan seketika. Ia tau bahwasanya itu adalah sebuah isyarat bahwa Rasul sebentar lagi akan pergi menghadap Allah. Isyarat itu, hanya Abu Bakar yang merasakannya, karena hatinya sudah menyatu dengan hati Rasul akibat rasa cinta yang dimilikinya..

Rasul kemudian perlahan membangunkan Abu Bakar yang pingsan kala itu. Abu Bakar bangun dan sejenak tersadar apa yang menyebabkannya pingsan.. Ia kemudian terisak..

“Jika aku bisa menebusnya (dengan beberapa orang sekaligus), bahkan dengan ayah dan ibuku sekalipun.. maka akan aku tebus..”

Orang2 yang ada di sekitarnya tidak mengerti apa yang diucapkan Abu Bakar. Padahal maksud Abu Bakar adalah… jika Rasul meninggal apakah tidak bisa digantikan kewafatannya nanti dengan kewafatan beberapa orang sekaligus bahkan dengan kewafatan orangtuanya untuk menggantikan Rasulullah??

Rasul pun menenangkan Abu Bakar. Dan semenjak hari itu… Abu Bakar tidak pernah tersenyum lagi… L

- Setelah berhaji, pada bulan Muharram Rasul kembali ke Madinah dan jatuh sakit sehingga beliau tidak kuat mengimami shalat  berjamaah dan digantikan oleh Abu Bakar
- Beberapa hari sebelum meninggal dunia, Rasul sempat sehat kembali

Shalat terakhir dengan Nabi

Satu atau dua malam sebelum Rasul wafat, beliau sempat ikut sholat berjamaah. Dengan dipapah, Rasul keluar dari kamarnya menuju masjid (fyi, masjid dan rumah Rasul bersambungan, hanya dipisahkan oleh sebuah pintu saja).

Begitu Rasul masuk, para sahabat yang sedang shalat segera menyadarinya. Karena ada semburat cahaya menerangi masjid setiap Rasul memasuki masjid. Hampir hamper semua menyadari kehadiran Rasul kecuali Abu Bakar yang saat itu menjadi imam.. Hal ini dikarenakan Abu Bakar adalah orang yg sangat khusyuk dalam sholatnya..

Akhirnya ada salah seorang sahabat yang bertepuk tangan menandakan bahwa Rasul hadir dalam masjid itu. Rasul memperbaiki isyarat tepukan sahabat “Tepuk tangan itu pemberitahuan bagi perempuan, sedangkan bagi laki2 mengucap Tahmid (Subhanallah)”..

Maka setelah itu para sahabat bertahmid hingga Abu Bakar akhirnya menyadari bahwa Rasul hadir di masjid. Ia mundur beberapa langkah ke belakang dan Sholat kemudian diimami oleh Rasul.

Suara Rasul terdengar lirih sekali, ia terlihat sangat lemah. Bahkan para jamaah di belakang tak dapat mendengar ucapan “Allahu Akbar” beliau. Hingga Abu Bakar mengulangi nya dengan keras disetiap bagian-bagian sholat. Sampai ada riwayat yang mengatakan bahwa saat itu mereka sholat dengan diimami oleh dua imam, padahal nyatanya satu imam namun Abu Bakar hanya melantangkan saja aba-aba sholat dari Rasul.

Selesai sholat, Rasul pun menyampaikan Khutbah nya hingga tak ada yang tau bahwa hari itu merupakan khutbah terakhir dan sholat terakhir bersama Rasul…
Ada dua poin penting yang disampaikan di khutbah terakhir Rasul:
1) Sayangi perempuan karena istrimu berasal dari tulang rusukmu
2) Jaga sholatmu

Kemudian para sahabat menyalami beliau dan tahukah kamu? Seorang Muhammad tidak pernah menarik tangannya lebih dahulu ketika berjabat tangan sebelum orang lain menarik tangannya terlebih dahulu.. Begitu indah akhlak seorang Rasul J

Sakaratul Maut

Pada hari itu ketika Rasul sedang terbaring lemah, Jibril dan Izrail datang kepada Rasul. Izrail menyampaikan, “ Ya Muhammad, aku diutus Allah untuk mengunjungimu, namun semua pilihan tetap ada padamu, apakah engkau masih ingin tinggal lebih lama lagi atau engkau ingin bersama dengan Rabbmu? Jika engkau memilih masih ingin tinggal disini maka kunjunganku ini hanyalah silaturahim padamu. Jika engkau memilih bersama Rabbmu, maka aku akan mencabut nyawamu..”

Rasul bertanya pada Jibril : Waman lii Ummati ba’diya yaaa Jibril? (Siapa untuk umatku jika aku kembali wahai Jibril?)

Jibril menjawab: Yaa Rasul, Allah berkirim salam kepadamu dan berkata Allah tidak akan mengecewakanmu dari umatmu sama sekali (artinya walaupun kemaksiatan merajalela, akan selalu ada orang2 sholih yang akan membuat Rasul bangga dan tersenyum pada umatnya. Allahu Akbar, semoga kita bagian dari mereka, hiks2)

Sesungguhnya pengakuan Muhammad bahwa kita adalah umatnya saja, itu sudah cukup. Apalagi yang kau minta untuk hidupmu jika Muhammad bisa tersenyum karena dirimu? Bahkan surga saja masih terhalang sebelum umat Muhammad melewatinya (Umat Muhammad akan terlebih dahulu memasuki Surga sebelum umat2 Nabi yang lain).

Maukah engkau menjadi bagian daripada umat yang nantinya di syafa’atinya? Ya Rabb, jadikanlah kami sebenar-benar umat Muhammad ><

Setelah percakapan tersebut, berkali2 Rasul melirihkan “Robbiqul a’laa..” (aku memilih bersama Tuhanku). Mendengar ucapan tersebut, ‘aisyah paham bahwasanya Rasul tidak memilih bersama kaumnya lagi, melainkan memilih bersama Tuhannya..

Ibrah Sakaratul Maut Muhammad

Pada kejadian Sakaratul Maut Muhammad maka ada sebuah rahmat dari Allah yang perlu kita ketahui. Ketahuilah bahwa Muhammad merasakan sakit luar biasa ketika beliau sakaratul maut hingga ia bertanya pada Izrail apakah sakaratul maut itu sesakit ini?? Izrail bilang,”Ya Rasul sesungguhnya aku sudah meringankan untukmu. Sungguh bagi dirimu hal ini pelan-pelan saja..”

Rasul tidak mengkhawatirkan dirinya, yang Ia khawatirkan tetap umatnya.. “Lantas bagaimana dengan sakaratul maut ummatku nanti?” Ia kemudian berdoa supaya umatnya juga diringankan sakaratul mautnya..

Ada sebuah kisah nyata bahwa ayah kerabat ustadzah mengalami sakaratul mau yang mudah dan lancer sekali. Padahal ayah itu ibadahnya biasa2 saja namun ia sangat gemar bershalawat dan sangat mencintai Nabi. Semoga dengan bershalawat, kita mendapatkan rahmat dari doa-doa nabi Muhammad kelak. Amiin..

Rasul Wafat

Kemudian wafatlah Rasul. Orang2 hiruk pikuk akan berita wafatnya Rasulullah. Semua kalangan berduyun2 ke masjid memastikan apakah berita itu benar? Semua menangis, tak terkecuali anak-anak kecil yang juga tak percaya Rasul wafat. Masyarakat bagaikan orang gila yang kehilangan arahnya hingga Umar bin Khattab pun marah dan mengeluarkan pedangnya..

“Barangsiapa yang berkata Rasul wafat, Beliau tidak wafat. Beliau hanya pergi sebentar saja. Bagaikan Musa pergi 40 hari menghadap Tuhannya” Umar berkata seperti itu untuk menenangkan kaumnya dulu.

Semua bersedih dengan wafatnya Rasul, tak terkecuali Anas yang sejak kecil membersamai Rasul. Membersihkan piring2nya, menghabiskan sisa sia makanan Rasul dan bahkan akhirnya ia menjadi salah satu perawi hadits yang luar biasa. Begitu juga dengan Abu Hurairah yang kemana2 berjalan bersama Rasul dan ketika beliau wafat, Abu Hurairah mengasingkan diri di sebuah gurun pasir saking sedihnya atas kepergian Rasul..

Di tengah sedu sedan kesedihan masyarakat saat itu, Abu Bakar berjalan dan terlihat tegar. Ia maju ke mimbar kemudian membacakan surat Ali Imran ayat 144:

“Dan Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul yang sudahpun didahului oleh beberapa orang Rasul (yang telah mati atau terbunuh). Jika demikian, kalau ia pula mati atau terbunuh, (patutkah) kamu berbalik (berpaling tadah menjadi kafir)? Dan (ingatlah), sesiapa yang berbalik (menjadi kafir) maka ia tidak akan mendatangkan mudarat kepada Allah sedikitpun dan (sebaliknya) Allah akan memberi balasan pahala kepada orang-orang yang bersyukur (akan nikmat Islam yang tidak ada bandingannya itu)”

Para sahabat yang hafal Al-Qur’an bahkan merasa tak pernah mendengar ayat tersebut karena mereka tidak mau hal itu terjadi hingga seolah-olah mereka tidak mau memaknai ayat tersebut..

Masya Allah, Setelah wafatnya Rasul, ribuan orang hijrah dari Madinah sehingga hanya tersisa sekitar 10.000 orang yang wafat di Madinah. Rata2 mereka berhijrah beralasan sudah menimba ilmu dan sudah saatnya mereka menyebarkan cahaya Islam ke seluruh negeri..

Selain itu ada satu hal lagi yang membuat mereka berhijrah. Satu hal adalah karena… Madinah begitu lekat dengan kenangan bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam, hingga semua hal di Madinah : Rumah, batu, bukit, padang mengingatkan mereka tentang kebersamaan mereka bersama Rasul.

Wallahu a’lam bisshawab


4 komentar: