Kamis, 30 Oktober 2014

Edit

My Top 10 Korean Ballad Everlasting Song



Guys! Kali ini gue mau ngebahas top 10 korean ballad everlasting song versi gue!!

Kenapa sih gue suka banget sama lagu2 sendu yang menyayat hati, meraung2 termwehek mwehek ala ala drama korea?? Hahahaha… Entah.. gue suka aja nada, liriknya dan pastinya kisah2 dibalik cerita dalam lagu tersebut. Terlebih kalo pemaennya cakep dan aktingnya bagus! Otomatis lagu2 ballad di Korean drama tersebut bakal “dapet” banget ke penonton. Hingga… lo bakalan nangis2 (eh lebay banget yak wkwkwk) kalo dengerin tu lagu meski disetel berulang kali…

Hokayyy lets cekidot aja list gue ini! Jujur, gue agak kesulitan sih ngurutin mulai dari lagu mana yang paling gue sukain. Hiks2.. mungkin dimulai dari lagu mana yang paling bisa ngebuat gue sedih kali yaa ehehehe… ohya, rata2 gue lebih suka lagu2 drama lama dan gak up to date juga dengan lagu2 baru. Plus ini juga Cuma diantara drama2 yg gue tonton aja yaah ohohoho…

Yorobeeeun, hana dul set!!


Congrats buat ini lagu yang sudah merajai tangga lagu ballads gue selama bertahun2!! Lagu ini berkisah tentang seseorang yang gak bisa menyatakan cintanya.. bahkan dia berharap kalo seharusnya dia nggak ketemu sama orang yg udah mematahkan hatinya. Dia juga berharap bahwa dia hidup di dunia laen aja deh.. hingga menurut dia “Love is punishment from heaven!” Gila banget gak tuh?? Apalagi ditambah video klip dari drama Brilliant Legacy yang nyesek banget nontonnya kalo disambi baca liriknya (duh gue menghayati banget yah ihihi). Anyway… Quote yang paling gue suka dari lagu ini adalah…

“I believed love was happiness..Love that can't be spoken is a punishment from the heavens”

Hiks2.. yang mau dengerin lagunya silakan cari di mbah ucup eh mbah yutub maksudnya!!

Lanjuutt


Ini juga lagu lama yang sangat sangat menyayat hati! Huks hukss… berkali2 disetel teteep aja sedih juga.. ceritanya klise sih.. patah hati juga.. dan Quote yang paling gue suka adalah…

“Am I not allowed to live, receiving your love?”

Aaaaaaak…… >,>


Ini soundtrack movie bukan drama. Yang main Kwon Sang Woo cowoknya. Yang ceritanya klise banget cowok sakit kanker dan mau mati. Tapi sumpah cara penyampaian cerita, angle pengambilan gambar, dan soundtracknya yang mendayu2 bikin gueee.... berkaca2 nonton film ini. Huks huks… apalagi lagunyaaa sempet bikin gue gak bisa move on selama berhari2 pasca nonton ni film!! My best quotes nyaa…

“Even though i can’t tell that i love you, The fact i’m able to, Look at you from far away, Give you everything and love you.. Although i’m sad, i’m happy”

Kebayang kaaan gimana perasaan si Kwon Sang Woo sama ceweknya?? Dia rela jauh dari si cewek asal ceweknya hepi.. meski dia sakit sendirian disana.. hhuhuu…


Hadeeeeuuuhh gue gak tau musti bilang apa sama ini drama yang semua lagu2nya sangat sangat menyayat hati!! Entah.. gue tuh suka banget yah sama drama2 winter.. karena semuanya sendu.. kisahnya sedih dan menyentuh hati.. Quote yang aku suka….

“Even if ten years or a hundred years pass
or if a thousand years pass I can't forget you.
Even if ten years or a hundred years pass
Waiting for you, is the easiest thing to me”

Gilaaaaakkk.. Melting gue ama liriknyaa.. waiting for you is the easiest thing to me?? Uhuhuhu nangisss…


Masih di drama yang sama. Drama ini memang mampu menguras berderai2 air mata. Gimana abis geregetan banget sih ama cewek jahatnya ahahaha.. btw ini drama pun waktu tu masih gue nonton dalam bentuk VCD!! Inget VCD belom DVD atau Online streaming loh!! Artinya udah lama banget kan yah hihihihi…

Quotes nya “When I forget the love I know.. Will you come to me? “


Naaah… ini adalah satu2nya OST yang gak gue tonton dramanya! Cuma by accident aja gue nemu judulnya dan… emhhhh… syedihnyooo…

“The day seems to last forever
As if it read my heart
With passing time, will it fade?”

“My heart must be broken
Can’t seem to accept that I sent you away”

“I sent you away
But my waiting has just begun
Don’t leave my love
I may never see you again”


Satu2nya drama yang gue tonton berulang kali cobaaa!! Meski lagunya gak gue setel terus menerus kayak gue suka lagu yg laen, tapi lagu ini kenangannya.. beeuuuhh.. hahaha

“Just how much more do I have to gaze at you alone
This love that came like the wind, this beggar like love
If I continue this way, will you love me?”


Eh ini juga gak gue tonton deng deramanya. Cumanya gue tetep suka lagunya. Yang nyanyi juga Raja Ballad book: K-Will!! Uhuuuuy cekidot liriknya… huks

“My heart is crying, my heart is shouting.. because it wants to love one person”


Sempet bosen sih sama lagu ini. Tapi video klipnya keren abis euuyy.. jadi syedih..

“This can not be if it was not you
I can not without you”


Naaahh kalo yang ini bener2 everlasting Song!! Gak bakal ada matinya deh.. dentingan pianonya itu loh hiks2… apalagi dengan drama winter yang emang syedih banget… katanya

“You’ll never come back and you can’t do it..
Whenever I wanna laugh, you make me cry..”


Sebenernya masih banyak lagiii!! Nanti deh dibikin part 2 nya yah! Hohohoho~

Rabu, 22 Oktober 2014

Edit

Cerita Anas bin Malik tentangnya…


“Ada dua hari dalam hidupku yang tak pernah terlupa sepanjang hayat..”  ujar Anas bin Malik mengawali kisahnya. (yang belum mengenal Anas bin Malik siapa silakan refer to this link dulu)

“Dua hari yang selalu kukenang dengan gejolak rasa yang luar biasa, hari yang satu kukenang dengan kebahagiaan tak terkira dan yang kedua dengan kesedihan tak terhingga..” sejenak Anas terdiam, menghembuskan nafasnya perlahan sementara para tabi’in yang mendengarkan dengan penuh khusyu’ menanti dengan tak sabar..

Hari yang pertama adalah satu hari kala aku berlarian menuju jalanan itu, jalan masuk kota Yatsrib. Usiaku kala itu sekitar 10 tahun dan aku bersama berpuluh-puluh anak sebayaku tanpa menghiraukan keringat yang bercucuran di badan kami dan terik matahari yang menyengat kepala, kami menerobos kumpulan besar itu, kelompok laki-laki dewasa, yang berdiri di sepanjang jalan, menantikan kedatangan seseorang…

Memang sejak beberapa hari sebelum hari itu kabar akan kedatangannya kami dengar, hingga kami pun menanti di sepanjang hari dan pulang di sore hari karena dia tak kunjung tiba juga, dengan harapan esok hari ia akan sungguh-sungguh datang..

….dan inilah harinya, tampak dari kejauhan dua ekor unta berjalan beriringan dan entah mengapa semakin dekat keduanya hatiku semakin gemetar, senyumku semakin lebar, dan mataku nyaris tak kuizinkan berkedip agar tak kehilangan bahkan bayangan untanya sekalipun..

Itulah dia.. berdampingan dengan sahabatnya, As-Sidiq, tersenyum penuh arti kepada kami yang menatapnya penuh rindu..
Itulah dia.. yang namanya selalu membasahi bibir ibuku (Ummu Sulaim) tiap waktu.

“dia mengajarkan kita berbuat begini, anas.. dia mengajarkan kita meninggalkan ini, anas..” suara ibuku kala menyebut namanya kembali terngiang di telingaku.

Ya kawan! Dia adalah Nabi Muhammad..

Untuk pertama kalinya wajah indahnya kupandang, dan kalian tahu? Aku dengan pikiran kecilku kala itu seraya memandang wajahnya berfikir, aku dengannya ingin selalu bersama.

Dan begitulah waktu pun berlalu hingga suatu hari ibuku membawaku padanya setelah bertanya padaku dan kujawab dengan iya..

“Wahai Rasulullah, kulihat semua orang baik laki-laki maupun perempuan menghadiahkan sesuatu untukmu dan aku pun ingin melakukannya, aku ingin memberikan padamu sesuatu yang berharga. Dan karena yang paling berharga dan kucinta yang kumiliki adalah anakku Anas, maka aku hadiahkan ia padamu Ya Rasulullah.. ajaklah ia pergi berperang jika kau mau, atau perintahkan padanya apapun, ia aku serahkan sepenuhnya untukmu..”

Mulai hari itu, tinggallah aku di rumah Rasulullah SAW, membersihkan rumahnya, mencucikan piringnya dan melayani kebutuhannya.

Dan tahukan kalian, kawan?

Meski tampaknya aku melayaninya, pada kenyataannya dialah yang banyak memberi padaku. Dia mengajarkanku semuanya, dia memperlakukan aku sebagai anaknya, 10 tahun aku bersamanya sejak kedatangannya hingga wafatnya tak sekalipun kudengar ia memarahiku, dan tak sekalipun dia berkata sesuatu yang aku kerjakan maupun yang tidak aku kerjakan “mengapa engkau melakukannya wahai anas??”

Sekali dalam masa baktiku padanya dia menegurku dan itu adalah tatkala dia memintaku untuk menyampaikan sesuatu kepada seorang sahabatnya, dan dia memintaku untuk segera melakukannya, aku pun menyanggupinya, bahkan karena ingin segera menyampaikan hajatnya, akupun berlari menuju rumah orang tersebut.

Namun kelelahan berlari, aku pun mulai berjalan dan semakin pelan, hingga aku melihat segerombolan anak-anak sebayaku yang tengah bermain. Rasa penasaran membuatku menerobos mereka dan sebuah permainan menarik membuatku ikut bergabung menyaksikannya hingga lupalah aku akan perintahnya…

Entah telah berapa lama aku berada disana ketika kurasakan tangan seseorang menutup mataku dari belakang, tangan yang begitu kukenal, tangan yang wanginya mengingatkanku pada perintahnya yang aku lalaikan.

Maka dengan penuh perasaan bersalah akupun menoleh ke belakang, bersiap mendapatkan kemarahan akibat keteledoran, atau setidaknya teguran atas keterlambatan,

Namun lihatlah dia… senyumnya mengembang, tak ada kekesalan apalagi kemarahan. Yang ada hanyalah satu kalimat kecil terucap indah dari lisannya…
“ainal washi ya anas? Ainal washi ya anas?” (mana yang aku perintahkan wahai anas?)

Maka akupun segera berlari melaksanakan tugasku..

Begitu banyak pelajaran yang telah ia berikan padaku: ilmu, adab, kebijaksanaan, hikmah, pengetahuan, doa, ibadah, kebaikan menjadikanku yang ketiga dari periwayat hadits-hadits nya yang terbanyak sesudah Abu Hurairah dan Abdullah bin Umar.

Salah satu Nasehatnya padaku, “Wahai anakku, jika kau bisa untuk sejak terjaga di pagi hingga malam menjelang dan di hatimu tidak terdapat kebencian terhadap saudaramu seiman, maka lakukanlah.. waha anakku, ini adalah sunnahku, dan menghidupkan sunnahku berarti mencintaiku, mencintaiku berarti bersama denganku di Surga-Nya…”

Hening…

Anas mengakhiri kisah pertamanya dan memulai menceritakan kisah hari keduanya..

“Dan hari yang kedua adalah hari dimana kami tengah mengerjakan sholat dhuhur berjamaah kala itu, namun mendung menggelayut kota Madinah dan hati-hati kami, karena kami telah beberapa hari ini tak diimami oleh Rasulullah lagi..

Dia yang tengah sakit kala itu mewakilkan pengimaman sholatnya kepada Abu Bakar, sahabat terdekatnya. Namun tiba-tiba beliau menyingkap tabir (pintu batas antara rumah Rasul dan Masjid yang bersambungan) dan masuk ke dalam masjid, membuat kami spontan keluar dari sholat kami dan ingin mendekatinya, Abu Bakar memerintahkan kami untuk tetap diam di tempat.

Rasulullah lantas maju ke depan mengimami kami sholat dan memerintahkan Abu Bakar untuk tetap berada di mihrab imam sejengkal saja di belakangnya. Suara takbirnya kala itu sudah sangat lemah dan tak terdengar hingga Abu Bakarlah mengulanginya dan memperdengarkan gerakan sholat kepada kami.

Dan kami tak pernah menyangka bahwa itu adalah sholat terakhir kami dengannya bahkan pertemuan kami terakhir, di akhir siang beliau meninggalkan kami, bertemu dengan Tuhan yang telah mengutusnya…

Tak pernah kulihat banjir airmata lebih banyak dari hari itu, tak pernah kulihat kesuraman lebih mengenaskan dari waktu itu, tak pernah kurasakan kesedihan dan kepedihan lebih nyata daripada hari itu.

Kami berkabung, kami berduka, kami tak lagi bisa menikmati hidup di dunia, mendung hati kami tak jua beranjak, menggelayuti sisa hidup kami dan satu-satunya hari yang kami nantikan sesudah hari itu adalah… hari pertemuan kami dengannya…

Dan aku.. hari yang paling kunantikan adalah satu hari dimana aku akan datang padanya seraya berkata…

“Aku adakah pelayan kecilmu Anas, Yaa Rasulullah…”

Dan tangis Anas pun meledak.. mengakhiri kisahnya, kerinduannya kepada Nabi Muhamad tak mampu lagi dibendungnya..


-Disalin ulang dari buku Tutur Hati karya Halimah Alaydrus-

Selasa, 21 Oktober 2014

Edit

Kisah Wafatnya Nabi Muhammad (Tafsir Ali Imran 144-148)



Oleh: Ustadzah Halimah Alaydrus (Masjid Al-Ittihad, 21 Oktober 2014)

Pada hakikatnya hidup ini ya hanya begitu saja. Dari lahir, tumbuh kanak-kanak, remaja, dewasa, sekolah, kerja, nikah, punya anak, tua, punya cucu, sakit kemudian mati. Bukankah semua manusia pun sama? Fasenya saja yg berbeda. Ada yang setelah lahir kemudian wafat, ada yg wafat sebelum menikah, ada yang wafat setelah punya anak, dsb. Hidup ini sama, karena ada dua hal yang pasti, yakni: Lahir dan Mati. Bukankah memang begitu?

FYI, Tulisan ini sepertinya akan sangat panjang karena nggak bisa disingkat. Jadi mohon disimak yaah J

Setelah Hijrah ke Madinah

Nabi Muhammad hijrah selama 10 tahun di Madinah. Hal pertama yang ia lakukan selama disana adalah pembangunan Infrastruktur (masjid) kemudian baru beliau melatih pasukan perang. Salah satu pembangunan mental yang Rasul lakukan adalah dengan membaiat (mempersaudarakan) Kaum Muhajirin (orang2 Mekkah) dan Kaum Anshor (orang2 Madinah). FYI, karakter dua kaum tersebut sangat berbeda. Orang2 Mekkah yg terbiasa berdagang memiliki karakter struggle (kekar2 karena memiliki pekerjaan berdagang dari suatu negeri ke negeri lain, membawa kafilah dagang, bukan dagang di satu took saja, sehingga tak heran karakter mereka cukup keras), sedangkan orang2 Madinah rata2 adalah petani, dan memiliki karakter yang lembut. Ibarat karakter orang Medan dan orang Solo aja lah hehehe…

Karena dipersaudarakan Rasul, kaum Anshor lantas dengan murah hatinya memberikan apa2 yang mereka miliki pada kaum Muhajirin yang hijrah dengan tidak membawa apa2. Tidak punya saudara, harta bahkan istri sekalipun.

“Wahai saudaraku, aku memiliki dua rumah. Pilih mana yang kau sukai maka itu adalah milikmu..”

“Wahai saudaraku, aku punya dua petak sawah.. mana yang kau kehendaki untuk digarap, maka kuberikan itu untukmu..”

“Wahai saudaraku..aku memiliki dua istri, pilih mana yang kau sukai.. maka akan kuceraikan dia untukmu kau nikahi..”

Coba bayangkan (eniwei, waktu itu masih boleh apa kasih istri, sekarang maaah weleh2 wkwkwk).. mereka bahkan menganggap kaum Muhajirin bagaikan saudara yang melebihi saudara sedarah mereka.. begitu besar pengorbanan kaum Anshor.. masha Allah..


Khutbah Arafah Rasul

Selama 10 tahun di Madinah, Islam sudah berkembang sangat pesat hingga ke Kuwait dan Bahrain, Irak bahkan Turki. Sehingga ada sekitar 124.000 pengikut (yang diajak pergi haji wada).

Tahun ke-8 Rasul Umroh namun belum diperbolehkan masuk Mekkah. Kemudian setahun setelahnya baru terjadi fathuh mekkah. Kemudian baru di tahun ke-10, seluruh umat Muslim dari seluruh jazirah Arab berkumpul di Padang Arafah untuk sama2 menunaikan ibadah haji.

Ketika Rasul menyampaikan khutbah Arafah tersebut, maka turunlah ayat terakhir Al-Aquran yang dibacakan oleh Rasul:

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, & telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu & telah kuridhoi Islam itu sebagai agamamu.” (QS. Al Maidah: 3)

Semua yang mendengar ucapan Rasul saat itu bergembira… kecuali satu orang..
Ia adalah Abu Bakar..

Kau tau? Abu Bakar yang cintanya terlebih2 pada Rasul, yang jiwa dan hatinya terikat pada Rasul, merasa ayat yang turun tersebut mengisyaratkan hal lain. Yang hanya dirasakan oleh hatinya yang sensitif..

Jika agama ini sudah sempurna, sehingga takkan bisa lebih sempurna lagi. Sedangkan Rasul bertugas menyempurnakan agama ini.. maka itu artinya tugas Rasul sudah selesai, dan...

Rasul kemudian menyampaikan...

“Ketika sang hamba disuruh hidup lebih lama atau berjumpa dengan Tuhannya, maka lebih baik ia berjumpa dengan Tuhannya..”

Mendengar hal tsb. Abu Bakar pingsan seketika. Ia tau bahwasanya itu adalah sebuah isyarat bahwa Rasul sebentar lagi akan pergi menghadap Allah. Isyarat itu, hanya Abu Bakar yang merasakannya, karena hatinya sudah menyatu dengan hati Rasul akibat rasa cinta yang dimilikinya..

Rasul kemudian perlahan membangunkan Abu Bakar yang pingsan kala itu. Abu Bakar bangun dan sejenak tersadar apa yang menyebabkannya pingsan.. Ia kemudian terisak..

“Jika aku bisa menebusnya (dengan beberapa orang sekaligus), bahkan dengan ayah dan ibuku sekalipun.. maka akan aku tebus..”

Orang2 yang ada di sekitarnya tidak mengerti apa yang diucapkan Abu Bakar. Padahal maksud Abu Bakar adalah… jika Rasul meninggal apakah tidak bisa digantikan kewafatannya nanti dengan kewafatan beberapa orang sekaligus bahkan dengan kewafatan orangtuanya untuk menggantikan Rasulullah??

Rasul pun menenangkan Abu Bakar. Dan semenjak hari itu… Abu Bakar tidak pernah tersenyum lagi… L

- Setelah berhaji, pada bulan Muharram Rasul kembali ke Madinah dan jatuh sakit sehingga beliau tidak kuat mengimami shalat  berjamaah dan digantikan oleh Abu Bakar
- Beberapa hari sebelum meninggal dunia, Rasul sempat sehat kembali

Shalat terakhir dengan Nabi

Satu atau dua malam sebelum Rasul wafat, beliau sempat ikut sholat berjamaah. Dengan dipapah, Rasul keluar dari kamarnya menuju masjid (fyi, masjid dan rumah Rasul bersambungan, hanya dipisahkan oleh sebuah pintu saja).

Begitu Rasul masuk, para sahabat yang sedang shalat segera menyadarinya. Karena ada semburat cahaya menerangi masjid setiap Rasul memasuki masjid. Hampir hamper semua menyadari kehadiran Rasul kecuali Abu Bakar yang saat itu menjadi imam.. Hal ini dikarenakan Abu Bakar adalah orang yg sangat khusyuk dalam sholatnya..

Akhirnya ada salah seorang sahabat yang bertepuk tangan menandakan bahwa Rasul hadir dalam masjid itu. Rasul memperbaiki isyarat tepukan sahabat “Tepuk tangan itu pemberitahuan bagi perempuan, sedangkan bagi laki2 mengucap Tahmid (Subhanallah)”..

Maka setelah itu para sahabat bertahmid hingga Abu Bakar akhirnya menyadari bahwa Rasul hadir di masjid. Ia mundur beberapa langkah ke belakang dan Sholat kemudian diimami oleh Rasul.

Suara Rasul terdengar lirih sekali, ia terlihat sangat lemah. Bahkan para jamaah di belakang tak dapat mendengar ucapan “Allahu Akbar” beliau. Hingga Abu Bakar mengulangi nya dengan keras disetiap bagian-bagian sholat. Sampai ada riwayat yang mengatakan bahwa saat itu mereka sholat dengan diimami oleh dua imam, padahal nyatanya satu imam namun Abu Bakar hanya melantangkan saja aba-aba sholat dari Rasul.

Selesai sholat, Rasul pun menyampaikan Khutbah nya hingga tak ada yang tau bahwa hari itu merupakan khutbah terakhir dan sholat terakhir bersama Rasul…
Ada dua poin penting yang disampaikan di khutbah terakhir Rasul:
1) Sayangi perempuan karena istrimu berasal dari tulang rusukmu
2) Jaga sholatmu

Kemudian para sahabat menyalami beliau dan tahukah kamu? Seorang Muhammad tidak pernah menarik tangannya lebih dahulu ketika berjabat tangan sebelum orang lain menarik tangannya terlebih dahulu.. Begitu indah akhlak seorang Rasul J

Sakaratul Maut

Pada hari itu ketika Rasul sedang terbaring lemah, Jibril dan Izrail datang kepada Rasul. Izrail menyampaikan, “ Ya Muhammad, aku diutus Allah untuk mengunjungimu, namun semua pilihan tetap ada padamu, apakah engkau masih ingin tinggal lebih lama lagi atau engkau ingin bersama dengan Rabbmu? Jika engkau memilih masih ingin tinggal disini maka kunjunganku ini hanyalah silaturahim padamu. Jika engkau memilih bersama Rabbmu, maka aku akan mencabut nyawamu..”

Rasul bertanya pada Jibril : Waman lii Ummati ba’diya yaaa Jibril? (Siapa untuk umatku jika aku kembali wahai Jibril?)

Jibril menjawab: Yaa Rasul, Allah berkirim salam kepadamu dan berkata Allah tidak akan mengecewakanmu dari umatmu sama sekali (artinya walaupun kemaksiatan merajalela, akan selalu ada orang2 sholih yang akan membuat Rasul bangga dan tersenyum pada umatnya. Allahu Akbar, semoga kita bagian dari mereka, hiks2)

Sesungguhnya pengakuan Muhammad bahwa kita adalah umatnya saja, itu sudah cukup. Apalagi yang kau minta untuk hidupmu jika Muhammad bisa tersenyum karena dirimu? Bahkan surga saja masih terhalang sebelum umat Muhammad melewatinya (Umat Muhammad akan terlebih dahulu memasuki Surga sebelum umat2 Nabi yang lain).

Maukah engkau menjadi bagian daripada umat yang nantinya di syafa’atinya? Ya Rabb, jadikanlah kami sebenar-benar umat Muhammad ><

Setelah percakapan tersebut, berkali2 Rasul melirihkan “Robbiqul a’laa..” (aku memilih bersama Tuhanku). Mendengar ucapan tersebut, ‘aisyah paham bahwasanya Rasul tidak memilih bersama kaumnya lagi, melainkan memilih bersama Tuhannya..

Ibrah Sakaratul Maut Muhammad

Pada kejadian Sakaratul Maut Muhammad maka ada sebuah rahmat dari Allah yang perlu kita ketahui. Ketahuilah bahwa Muhammad merasakan sakit luar biasa ketika beliau sakaratul maut hingga ia bertanya pada Izrail apakah sakaratul maut itu sesakit ini?? Izrail bilang,”Ya Rasul sesungguhnya aku sudah meringankan untukmu. Sungguh bagi dirimu hal ini pelan-pelan saja..”

Rasul tidak mengkhawatirkan dirinya, yang Ia khawatirkan tetap umatnya.. “Lantas bagaimana dengan sakaratul maut ummatku nanti?” Ia kemudian berdoa supaya umatnya juga diringankan sakaratul mautnya..

Ada sebuah kisah nyata bahwa ayah kerabat ustadzah mengalami sakaratul mau yang mudah dan lancer sekali. Padahal ayah itu ibadahnya biasa2 saja namun ia sangat gemar bershalawat dan sangat mencintai Nabi. Semoga dengan bershalawat, kita mendapatkan rahmat dari doa-doa nabi Muhammad kelak. Amiin..

Rasul Wafat

Kemudian wafatlah Rasul. Orang2 hiruk pikuk akan berita wafatnya Rasulullah. Semua kalangan berduyun2 ke masjid memastikan apakah berita itu benar? Semua menangis, tak terkecuali anak-anak kecil yang juga tak percaya Rasul wafat. Masyarakat bagaikan orang gila yang kehilangan arahnya hingga Umar bin Khattab pun marah dan mengeluarkan pedangnya..

“Barangsiapa yang berkata Rasul wafat, Beliau tidak wafat. Beliau hanya pergi sebentar saja. Bagaikan Musa pergi 40 hari menghadap Tuhannya” Umar berkata seperti itu untuk menenangkan kaumnya dulu.

Semua bersedih dengan wafatnya Rasul, tak terkecuali Anas yang sejak kecil membersamai Rasul. Membersihkan piring2nya, menghabiskan sisa sia makanan Rasul dan bahkan akhirnya ia menjadi salah satu perawi hadits yang luar biasa. Begitu juga dengan Abu Hurairah yang kemana2 berjalan bersama Rasul dan ketika beliau wafat, Abu Hurairah mengasingkan diri di sebuah gurun pasir saking sedihnya atas kepergian Rasul..

Di tengah sedu sedan kesedihan masyarakat saat itu, Abu Bakar berjalan dan terlihat tegar. Ia maju ke mimbar kemudian membacakan surat Ali Imran ayat 144:

“Dan Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul yang sudahpun didahului oleh beberapa orang Rasul (yang telah mati atau terbunuh). Jika demikian, kalau ia pula mati atau terbunuh, (patutkah) kamu berbalik (berpaling tadah menjadi kafir)? Dan (ingatlah), sesiapa yang berbalik (menjadi kafir) maka ia tidak akan mendatangkan mudarat kepada Allah sedikitpun dan (sebaliknya) Allah akan memberi balasan pahala kepada orang-orang yang bersyukur (akan nikmat Islam yang tidak ada bandingannya itu)”

Para sahabat yang hafal Al-Qur’an bahkan merasa tak pernah mendengar ayat tersebut karena mereka tidak mau hal itu terjadi hingga seolah-olah mereka tidak mau memaknai ayat tersebut..

Masya Allah, Setelah wafatnya Rasul, ribuan orang hijrah dari Madinah sehingga hanya tersisa sekitar 10.000 orang yang wafat di Madinah. Rata2 mereka berhijrah beralasan sudah menimba ilmu dan sudah saatnya mereka menyebarkan cahaya Islam ke seluruh negeri..

Selain itu ada satu hal lagi yang membuat mereka berhijrah. Satu hal adalah karena… Madinah begitu lekat dengan kenangan bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam, hingga semua hal di Madinah : Rumah, batu, bukit, padang mengingatkan mereka tentang kebersamaan mereka bersama Rasul.

Wallahu a’lam bisshawab