Kamis, 20 Mei 2010

Edit

Secercah Cahaya di Bumi Pattaya





Secercah Cahaya di Bumi Pattaya

In The Name of God, Most Gracious, Most Merciful

Berawal dari sebuah rasa rindu yang amat sangat kepada suatu waktu.. satu bulan penuh hikmah, bulan mulia, bulan dimana pintu-pintu Surga didekatkan, bulan pengampunan, bulan ketenangan, bulan Ramadhan...

Ramadhan 1430 Hijriyah .................

Teringatku akan kejadian yang menyambut Hari-hari pertama Ramadhan 1430 Hijriyah ku
Berjuta rasa syukurku yang amat sangat kepada Yang Maha Kuasa karena telah memberikan ku kesempatan melihat sisi lain dunia kala itu
Ya, tepatnya tanggal 30 Sya’ban (21 Agustus 2009), satu hari sebelum tanggal 1 Ramadhan, hari terakhir Go Organic Symposium, Bangkok, Thailand...
Aku dan 3 orang temanku berkesempatan mengikuti field trip ke Kanchanaburi province, sekitar 2-3 jam naik bus dari Bangkok. Sebuah provinsi kecil yang kaya akan hasil pertaniannya yang berkualitas. Hm... bukan ini yang mau aku ceritakan, melainkan kejadian-kejadian setelah ini....

Selesai pulang dari field trip, kami berjanji untuk pergi ke Pat Pong (sebuah night market) dengan teman-teman lain yang tidak mengikuti field trip ini karena menghadiri undangan dari KBRI Bangkok. Kemacetan di Bangkok hampir saja membatalkan pertemuan kami. But fortunately, kami tak sengaja bertemu dengan mereka di depan hotel, yang baru saja mau berangkat ke Pat Pong naik Tuk-tuk (sebuah kendaraan tradisional mirip bajaj panjang yang sering ada di drama2 Korea). Dengan segera, kami pun menyusulnya.

Malam semakin larut, ternyata Pat Pong merupakan tempat yang sangat ramai. Salah satu pusat perdagangan Thailand yang terkenal. Namun ternyata tidak hanya perdagangan biasa saja yang diperjualbelikan di sini, melainkan juga ada ‘perdagangan’ lain... hm...
Tak jauh berbeda dengan Blok-M kukira, berbagai macam kios menghiasi jalan di tempat ini. Berbagai pernak-pernik khas Thailand dijual di sini, dan juga ‘pernak-pernik’ khas Thailand yang lain...

Begitu memasuki kawasan ini, awalnya aku tak menyadari karena kupikir ini hanyalah sebuah pasar biasa, namun langkahku selanjutnya membuat aku terperanjat. Bagaimana tidak? Ternyata di belakang kios-kios ini berjejer club2 malam yang membuka lebar-lebar pintunya dengan mucikari yang siap mengejar target yang akan direkrut masuk ke dalam ruangan laknat tersebut. Tak pelak lagi, teman-teman pria ku dengan segera menjadi target para mucikari. Para mucikari membuka ‘Menu’ andalannya : mau Pussycat dolls?? Samba-samba dance? Atau apalah namanya. Tawaran berbagai jenis tarian strippties. Tak hanya itu, mereka juga dengan sengaja membuka lebar-lebar pintu itu hingga apa yang ada di dalam terlihat dengan jelas, mereka juga dengan sengaja menjajakan wanita-wanita atau ‘wanita-wanita’ (maksudnya setengah wanita setengah pria) beraurat terbuka andalan mereka di depan pintu-pintu itu dan menjual mereka dengan harga yang sangat-sangaaat murah!! Hanya dengan 100 Baht saja! setara dengan 30.000 rupiah, anda sudah dapat masuk ke ruangan laknat tersebut. Sebuah biaya yang sangat murah untuk masuk ke jurang Neraka...
Sungguh, pemandangan yang amat mengenaskan. Heiii... tahukah kau?? Ini adalah malam pertama bulan Ramadhan!! Tak pernah terbesit dalam benakku sebelumnya bahwa ada sebuah kondisi seperti ini di malam pertama bulan suci ini. Entah aku yang terlalu polos atau aku yang tidak pernah berpikir. Seketika itu juga aku ingin segera pulang dari tempat itu. Hancur, sungguh hancur hatiku, sedih karena dengan mudahnya mereka melakukan hal itu dan malu karena pernah menginjakkan kaki di tempat ini. Namun tidak mungkin aku pulang sendiri, akhirnya kucoba untuk bersabar dan semakin menjaga hati...

Setelah kembali ke hotel, aku bertemu dengan salah seorang temanku yang ternyata tidak ikut pergi ke Pat Pong karena satu hal. Ia bercerita apa saja yang telah ia lakukan di malam yang sama aku dan teman-teman yang lain di Pat Pong. Ternyata temanku, Ume, ia berpetualang sendiri dan menemukan sebuah Masjid di dekat hotel tempat kami tinggal, Haroon Mosque, di sana ia sholat tarawih berjamaah bersama dengan muslim Thailand yang lain. Ooh... sungguh menyesalnya aku kenapa tidak mengikuti Ume saat itu. Namun ku tak tau, aku hanya bisa mengikuti kemana rombongan pergi karena ini bukan negeriku, aku tak bisa sendirian disini, aku tak bisa bahasa Thai, kalau tersesat bagaimana? Sementara bahasa Inggris mereka tak begitu bagus..

Mendengar cerita dari Ume sungguh menyenangkan. Ia berkenalan dengan seorang muslimah Muallaf dari Prancis, namanya Bridgitta. Nama yang bagus bukan? Apalagi setelah Ume menceritakan tentang kecantikannya, ia bermata hijau dan memiliki paras yang amat cantik. Ternyata Bridgitta memiliki nama lain setelah ia masuk Islam, dan kau tau siapa namanya? Sarah. Ya, nama yang sama dengan namaku. Bagus bukan? Sarah merupakan nama yang amat universal. Siti Sarah, istri nabi Ibrahim, nenek moyang manusia, diriwayatkan merupakan seorang wanita yang amat cantik pada zamannya, sholihah dan patuh pada suami, selain itu doa Siti Sarah juga Mustajab. Ini dikarenakan akhlaknya yang sangat baik sehingga setiap doa yang ia panjatkan, Allah segera dan bahkan langsung mengabulkannya. Hmm.. bagaimana dengan kita ya?? Mungkin karena akhlak kita yang masih kurang baik hingga doa-doa kita dipending dulu oleh Allah...

Ume berkata bahwa ia dan Sarah a.k.a Bridgitta berjanji lagi bertemu untuk sholat subuh berjamaah di masjid yang sama esok harinya. Dengan semangat yang menggebu2, setelah sahur (dengan mi instan pastinya), aku dan yang lain berangkat sholat subuh ke Haroon Mosque. Aku ingin sekali bertemu dengan Sarah itu dan sedikit berdiskusi dengannya. Namun ternyata Sarah tidak datang, mungkin ia sibuk jadi tidak bisa bertemu kami kembali. Hiks... aku benar2 masih penasaran dengannya sampai saat ini...

Haroon Mosque merupakan sebuah masjid kecil di lingkungan perumahan di daerah ini. Indah dan sangat sejuk sekali mendengar adzan subuh Ramadhan hari pertama di negeri orang. Mungkin inilah salah satu nikmat yang jarang kita sadari : mendengar adzan di bumi. Karena kita tinggal di Indonesia dan adzan merupakan satu hal yang sudah biasa, kadang kita tidak menyadari betapa berharganya nikmat ini. Sebuah panggilan untuk bertemu dengan Allah Yang Maha Esa, Tuhan Semesta Alam. Lima kali dalam sehari, kita menghadap-Nya, gratis, tanpa dipungut biaya apapun untuk berdoa dan memohon ampunan-Nya. Masjid ini kebanyakan berisi orang-orang imigran Arab dan muslim Thai asli. Di sini aku juga punya kenalan baru, namanya Jasmine, bahasa Inggrisnya sangat bagus karena ia jurusan kepariwisataan. Wajahnya campuran Arab dan Thai, ibunya sepertinya asli Thai. Sungguh, jika kau pergi ke negeri orang, hal terindah yang pernah kau temukan adalah menemukan saudara dan saudari baru disini.

Agenda hari ini adalah Pattaya. Ya, Pattaya, kota yang dahulu merupakan korban amukan Tsunami 2004 lalu, sebuah kota kecil yang sangat terkenal karena pantainya yang sangat indah. Katanya. Aku juga belum tahu sebelum pergi ke sini. Tapi ternyata Pattaya masih kalah jauh dibandingkan dengan pantai-pantai di Indonesia. Kami menyewa van dan menempuh perjalanan sekitar 2-3 jam ke Pattaya. Sampai disana, kami diajak masuk ke Gem’s Jewelry, toko perhiasan yang amat bagus. Harganya pun masih bisa dijangkau, namun tentu saja aku tidak membelinya karena butuh perjuangan keras untuk sampai ke negeri ini dan aku tidak mau menyia-nyiakannya begitu saja.

Tidak terasa sudah masuk waktu Sholat, sembari mencari tempat sholat, kami berkeliling daerah pantai ini. Woow... sungguh naas, siang-siang begini sudah seperti ini, bagaimana dengan malamnya?? Wahai para pria, tundukkanlah pandanganmu!! Ingatlah, Sesungguhnya penglihatan, pendengaran, mata dan hati akan dimintai pertanggung jawabannya kelak.
Beruntung, kami menemukan sebuah restoran Halal yang sedang tutup karena hanya buka pada waktu makan siang dan makan malam saja. di sana kami bertanya pada pelayan setempat, “Adakah sebuah ruangan untuk berdoa?” dengan harap-harap cemas kami menunggu jawabannya, jika tidak ada terpaksalah kami menggelar tikar (walaupun tikarnya juga tidak ada), namun ternyata sang pelayan berkata “Ada!”. Betapa leganya hati kami.

Kupikir hanyalah sebuah ruangan kecil, sempit dan kumuh seperti kebanyakan musholla di Indonesia, tapi ternyata Subhanallah... ruangan yang cukup luas, di lokasi strategis, dekat tempat SPA, asri, bersih dan pastinya memiliki tempat wudhu yang terpisah! Sangat indah kurasa, di tempat dimana banyak sekali orang berbuat maksiat ini, ternyata masih ada secercah cahaya, sebuah tempat dimana manusia bisa khusyuk mencurahkan perasaannya, berdoa hanya pada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Semesta Alam, Tuhannya Ibrahim, Sulaiman, Musa, Yusuf, Yunus, Daud, Ismail, Ishaq, Yakub, ‘Isa dan Muhammad.

Sebenarnya kami tidak terlalu terkejut juga ada musholla di sini karena memang cukup banyak pula orang Arab yang menjadi turis di sini. Tapi heii... Islam bukan agama orang Arab saja bukan? Tidak tahukah mereka? Islam adalah rahmat bagi seluruh alam, jalan hidup yang sangat universal, keteraturan yang sistematis untuk menjalani hidup ini demi kemakmuran bumi, amanah dari langit untuk para manusia di muka bumi, kami beriman kepada seluruh kitab, Zabur, Taurat, Injil dan Al-Qur’an yang diturunkan untuk kebaikan manusia di bumi. Namun tak sadarkah mereka? Kerusakan di bumi akibat perbuatan mereka? Tak ingatkah mereka akan masa penciptaan mereka dahulu? Dan janji mereka pada Tuhannya dalam rahim ibu mereka? Sudahkah datang seorang Rasul yang mendatangkan kabar gembira kepada mereka?

Maafkan aku,
Maafkan aku yang hanya bisa berdoa:

“Ya ALLAH, begitu pekat gelap keangkuhan, kerakusan dan dosa
Begitu dahsyat badai kedzaliman dan kebencian menenggelamkan dunia
Pengap kehidupan ini oleh kesombongan jiwa yang membuat-Mu murka
Sementara kami lemah dan hina, berdosa dan tak berdaya

Ya ALLAH, jangan kiranya Engkau cegahkan kami dari kebaikan yang ada pada-Mu karena kejahatan pada diri kami

Ya ALLAH, Yang Maha Pengasih Lagi Maha Pengampun
Sungguh, ampunan-Mu lebih luas dari dosa-dosa kami
Dan rahmah kasih sayang-Mu lebih kami harapkan daripada amal usaha kami sendiri”


Mungkin, ini hanyalah sedikit kisah dariku dan akan kuambil positifnya saja. Ramadhan 1430 H, berkah dimana aku berkesempatan memiliki sisi lain kehidupan di belahan dunia yang lain. Bersyukur dan sangat bersyukur aku dilahirkan di Negeri ini, negeri yang alhamdulillah masih bisa dikatakan bermoral walaupun sekarang tengah mengalami berbagai masalah demoralisasi bangsa. Namun, sekali lagi aku bersyukur karena di sinilah aku menemukan kehidupan sesungguhnya. Yakni menjalani hidup yang sementara ini sebaik-baiknya demi kehidupan yang abadi selanjutnya. Karena waktu ini begitu singkat, sangat singkat, dan kita tak tahu kapan kematian akan menjemput kita. Bisa hari ini, bisa esok, bisa pula setelah menit ini. Untuk itu, manusia, berbuat baiklah, ikutilah hati nuranimu, karena surga itu mahal, sangaat mahal jika kau tau..

Hari itu, akhirnya kami berbuka shaum pertama kami bersama di pantai saat sunset di Pattaya. Sungguh, kreasi Tuhan yang amat sempurna, matahari tenggelam di tengah lautan.. diiringi suara deburan ombak yang bersahut-sahutan dan angin yang melenakan.

Begitulah kawan, sekelumit kisah ku dalam menemukan secercah cahaya di bumi Pattaya, semoga apa yang telah kita alami dapat menjadi pelajaran kita bersama. Amiin..

Yang benar datangnya dari Allah dan yang salah datangnya dari diri saya sendiri..

Allahua’lam bisshowab...

SARAH TSAQQOFA
F24070054
saraa_fujima@yahoo.com

1 komentar: