Oleh: Ustadzah Halimah Alaydrus (Masjid
Al-Ittihad, 21 Oktober 2014)
Pada hakikatnya hidup ini ya hanya
begitu saja. Dari lahir, tumbuh kanak-kanak, remaja, dewasa, sekolah, kerja,
nikah, punya anak, tua, punya cucu, sakit kemudian mati. Bukankah semua manusia
pun sama? Fasenya saja yg berbeda. Ada yang setelah lahir kemudian wafat, ada
yg wafat sebelum menikah, ada yang wafat setelah punya anak, dsb. Hidup ini
sama, karena ada dua hal yang pasti, yakni: Lahir dan Mati. Bukankah memang begitu?
FYI, Tulisan ini sepertinya akan
sangat panjang karena nggak bisa disingkat. Jadi mohon disimak yaah J
Setelah
Hijrah ke Madinah
Nabi Muhammad hijrah selama 10
tahun di Madinah. Hal pertama yang ia lakukan selama disana adalah pembangunan
Infrastruktur (masjid) kemudian baru beliau melatih pasukan perang. Salah satu
pembangunan mental yang Rasul lakukan adalah dengan membaiat (mempersaudarakan)
Kaum Muhajirin (orang2 Mekkah) dan Kaum Anshor (orang2 Madinah). FYI, karakter
dua kaum tersebut sangat berbeda. Orang2 Mekkah yg terbiasa berdagang memiliki
karakter struggle (kekar2 karena memiliki pekerjaan berdagang dari suatu negeri
ke negeri lain, membawa kafilah dagang, bukan dagang di satu took saja,
sehingga tak heran karakter mereka cukup keras), sedangkan orang2 Madinah rata2
adalah petani, dan memiliki karakter yang lembut. Ibarat karakter orang Medan
dan orang Solo aja lah hehehe…
Karena dipersaudarakan Rasul, kaum
Anshor lantas dengan murah hatinya memberikan apa2 yang mereka miliki pada kaum
Muhajirin yang hijrah dengan tidak membawa apa2. Tidak punya saudara, harta
bahkan istri sekalipun.
“Wahai
saudaraku, aku memiliki dua rumah. Pilih mana yang kau sukai maka itu adalah
milikmu..”
“Wahai
saudaraku, aku punya dua petak sawah.. mana yang kau kehendaki untuk digarap,
maka kuberikan itu untukmu..”
“Wahai
saudaraku..aku memiliki dua istri, pilih mana yang kau sukai.. maka akan
kuceraikan dia untukmu kau nikahi..”
Coba bayangkan (eniwei, waktu itu
masih boleh apa kasih istri, sekarang maaah weleh2 wkwkwk).. mereka bahkan
menganggap kaum Muhajirin bagaikan saudara yang melebihi saudara sedarah
mereka.. begitu besar pengorbanan kaum Anshor.. masha Allah..
Khutbah
Arafah Rasul
Selama 10 tahun di Madinah, Islam
sudah berkembang sangat pesat hingga ke Kuwait dan Bahrain, Irak bahkan Turki.
Sehingga ada sekitar 124.000 pengikut (yang diajak pergi haji wada).
Tahun ke-8 Rasul Umroh namun belum
diperbolehkan masuk Mekkah. Kemudian setahun setelahnya baru terjadi fathuh
mekkah. Kemudian baru di tahun ke-10, seluruh umat Muslim dari seluruh jazirah
Arab berkumpul di Padang Arafah untuk sama2 menunaikan ibadah haji.
Ketika Rasul menyampaikan khutbah
Arafah tersebut, maka turunlah ayat terakhir Al-Aquran yang dibacakan oleh
Rasul:
“Pada
hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, & telah Kucukupkan kepadamu
nikmatKu & telah kuridhoi Islam itu sebagai agamamu.” (QS. Al Maidah: 3)
Semua yang mendengar ucapan Rasul
saat itu bergembira… kecuali satu orang..
Ia adalah Abu Bakar..
Kau tau? Abu Bakar yang cintanya
terlebih2 pada Rasul, yang jiwa dan hatinya terikat pada Rasul, merasa ayat
yang turun tersebut mengisyaratkan hal lain. Yang hanya dirasakan oleh hatinya
yang sensitif..
Jika agama ini sudah sempurna,
sehingga takkan bisa lebih sempurna lagi. Sedangkan Rasul bertugas
menyempurnakan agama ini.. maka itu artinya tugas Rasul sudah selesai, dan...
Rasul kemudian menyampaikan...
“Ketika sang hamba disuruh hidup
lebih lama atau berjumpa dengan Tuhannya, maka lebih baik ia berjumpa dengan
Tuhannya..”
Mendengar hal tsb. Abu Bakar
pingsan seketika. Ia tau bahwasanya itu adalah sebuah isyarat bahwa Rasul
sebentar lagi akan pergi menghadap Allah. Isyarat itu, hanya Abu Bakar yang
merasakannya, karena hatinya sudah menyatu dengan hati Rasul akibat rasa cinta
yang dimilikinya..
Rasul kemudian perlahan
membangunkan Abu Bakar yang pingsan kala itu. Abu Bakar bangun dan sejenak
tersadar apa yang menyebabkannya pingsan.. Ia kemudian terisak..
“Jika aku bisa menebusnya (dengan
beberapa orang sekaligus), bahkan dengan ayah dan ibuku sekalipun.. maka akan
aku tebus..”
Orang2 yang ada di sekitarnya
tidak mengerti apa yang diucapkan Abu Bakar. Padahal maksud Abu Bakar adalah…
jika Rasul meninggal apakah tidak bisa digantikan kewafatannya nanti dengan
kewafatan beberapa orang sekaligus bahkan dengan kewafatan orangtuanya untuk
menggantikan Rasulullah??
Rasul pun menenangkan Abu Bakar. Dan
semenjak hari itu… Abu Bakar tidak pernah tersenyum lagi… L
- Setelah
berhaji, pada bulan Muharram Rasul kembali ke Madinah dan jatuh sakit sehingga
beliau tidak kuat mengimami shalat berjamaah
dan digantikan oleh Abu Bakar
- Beberapa
hari sebelum meninggal dunia, Rasul sempat sehat kembali
Shalat
terakhir dengan Nabi
Satu atau dua malam sebelum Rasul
wafat, beliau sempat ikut sholat berjamaah. Dengan dipapah, Rasul keluar dari kamarnya
menuju masjid (fyi, masjid dan rumah Rasul bersambungan, hanya dipisahkan oleh
sebuah pintu saja).
Begitu Rasul masuk, para sahabat
yang sedang shalat segera menyadarinya. Karena ada semburat cahaya menerangi
masjid setiap Rasul memasuki masjid. Hampir hamper semua menyadari kehadiran
Rasul kecuali Abu Bakar yang saat itu menjadi imam.. Hal ini dikarenakan Abu
Bakar adalah orang yg sangat khusyuk dalam sholatnya..
Akhirnya ada salah seorang sahabat
yang bertepuk tangan menandakan bahwa Rasul hadir dalam masjid itu. Rasul
memperbaiki isyarat tepukan sahabat “Tepuk tangan itu pemberitahuan bagi
perempuan, sedangkan bagi laki2 mengucap Tahmid (Subhanallah)”..
Maka setelah itu para sahabat
bertahmid hingga Abu Bakar akhirnya menyadari bahwa Rasul hadir di masjid. Ia
mundur beberapa langkah ke belakang dan Sholat kemudian diimami oleh Rasul.
Suara Rasul terdengar lirih
sekali, ia terlihat sangat lemah. Bahkan para jamaah di belakang tak dapat
mendengar ucapan “Allahu Akbar” beliau. Hingga Abu Bakar mengulangi nya dengan
keras disetiap bagian-bagian sholat. Sampai ada riwayat yang mengatakan bahwa
saat itu mereka sholat dengan diimami oleh dua imam, padahal nyatanya satu imam
namun Abu Bakar hanya melantangkan saja aba-aba sholat dari Rasul.
Selesai sholat, Rasul pun
menyampaikan Khutbah nya hingga tak ada yang tau bahwa hari itu merupakan
khutbah terakhir dan sholat terakhir bersama Rasul…
Ada dua poin penting yang
disampaikan di khutbah terakhir Rasul:
1) Sayangi perempuan karena istrimu
berasal dari tulang rusukmu
2) Jaga sholatmu
Kemudian
para sahabat menyalami beliau dan tahukah kamu? Seorang Muhammad tidak pernah
menarik tangannya lebih dahulu ketika berjabat tangan sebelum orang lain
menarik tangannya terlebih dahulu.. Begitu indah akhlak seorang Rasul J
Sakaratul
Maut
Pada hari itu ketika Rasul sedang
terbaring lemah, Jibril dan Izrail datang kepada Rasul. Izrail menyampaikan, “
Ya Muhammad, aku diutus Allah untuk mengunjungimu, namun semua pilihan tetap
ada padamu, apakah engkau masih ingin tinggal lebih lama lagi atau engkau ingin
bersama dengan Rabbmu? Jika engkau memilih masih ingin tinggal disini maka
kunjunganku ini hanyalah silaturahim padamu. Jika engkau memilih bersama
Rabbmu, maka aku akan mencabut nyawamu..”
Rasul bertanya pada Jibril : Waman
lii Ummati ba’diya yaaa Jibril? (Siapa untuk umatku jika aku kembali wahai
Jibril?)
Jibril menjawab: Yaa Rasul, Allah
berkirim salam kepadamu dan berkata Allah tidak akan mengecewakanmu dari umatmu
sama sekali (artinya walaupun kemaksiatan merajalela, akan selalu ada orang2
sholih yang akan membuat Rasul bangga dan tersenyum pada umatnya. Allahu Akbar,
semoga kita bagian dari mereka, hiks2)
Sesungguhnya pengakuan Muhammad
bahwa kita adalah umatnya saja, itu sudah cukup. Apalagi yang kau minta untuk
hidupmu jika Muhammad bisa tersenyum karena dirimu? Bahkan surga saja masih
terhalang sebelum umat Muhammad melewatinya (Umat Muhammad akan terlebih dahulu
memasuki Surga sebelum umat2 Nabi yang lain).
Maukah engkau menjadi bagian
daripada umat yang nantinya di syafa’atinya? Ya Rabb, jadikanlah kami
sebenar-benar umat Muhammad ><
Setelah percakapan tersebut,
berkali2 Rasul melirihkan “Robbiqul a’laa..” (aku memilih bersama Tuhanku). Mendengar
ucapan tersebut, ‘aisyah paham bahwasanya Rasul tidak memilih bersama kaumnya
lagi, melainkan memilih bersama Tuhannya..
Ibrah
Sakaratul Maut Muhammad
Pada kejadian Sakaratul Maut
Muhammad maka ada sebuah rahmat dari Allah yang perlu kita ketahui. Ketahuilah
bahwa Muhammad merasakan sakit luar biasa ketika beliau sakaratul maut hingga
ia bertanya pada Izrail apakah sakaratul maut itu sesakit ini?? Izrail bilang,”Ya
Rasul sesungguhnya aku sudah meringankan untukmu. Sungguh bagi dirimu hal ini
pelan-pelan saja..”
Rasul tidak mengkhawatirkan
dirinya, yang Ia khawatirkan tetap umatnya.. “Lantas bagaimana dengan sakaratul
maut ummatku nanti?” Ia kemudian berdoa supaya umatnya juga diringankan
sakaratul mautnya..
Ada sebuah kisah nyata bahwa ayah
kerabat ustadzah mengalami sakaratul mau yang mudah dan lancer sekali. Padahal ayah
itu ibadahnya biasa2 saja namun ia sangat gemar bershalawat dan sangat mencintai
Nabi. Semoga dengan bershalawat, kita mendapatkan rahmat dari doa-doa nabi
Muhammad kelak. Amiin..
Rasul
Wafat
Kemudian wafatlah Rasul. Orang2
hiruk pikuk akan berita wafatnya Rasulullah. Semua kalangan berduyun2 ke masjid
memastikan apakah berita itu benar? Semua menangis, tak terkecuali anak-anak
kecil yang juga tak percaya Rasul wafat. Masyarakat bagaikan orang gila yang
kehilangan arahnya hingga Umar bin Khattab pun marah dan mengeluarkan
pedangnya..
“Barangsiapa yang berkata Rasul
wafat, Beliau tidak wafat. Beliau hanya pergi sebentar saja. Bagaikan Musa
pergi 40 hari menghadap Tuhannya” Umar berkata seperti itu untuk menenangkan
kaumnya dulu.
Semua bersedih dengan wafatnya
Rasul, tak terkecuali Anas yang sejak kecil membersamai Rasul. Membersihkan piring2nya,
menghabiskan sisa sia makanan Rasul dan bahkan akhirnya ia menjadi salah satu
perawi hadits yang luar biasa. Begitu juga dengan Abu Hurairah yang kemana2
berjalan bersama Rasul dan ketika beliau wafat, Abu Hurairah mengasingkan diri
di sebuah gurun pasir saking sedihnya atas kepergian Rasul..
Di tengah sedu sedan kesedihan
masyarakat saat itu, Abu Bakar berjalan dan terlihat tegar. Ia maju ke mimbar
kemudian membacakan surat Ali Imran ayat 144:
“Dan Muhammad itu tidak lain
hanyalah seorang Rasul yang sudahpun didahului oleh beberapa orang Rasul (yang
telah mati atau terbunuh). Jika demikian, kalau ia pula mati atau terbunuh,
(patutkah) kamu berbalik (berpaling tadah menjadi kafir)? Dan (ingatlah),
sesiapa yang berbalik (menjadi kafir) maka ia tidak akan mendatangkan mudarat kepada
Allah sedikitpun dan (sebaliknya) Allah akan memberi balasan pahala kepada
orang-orang yang bersyukur (akan nikmat Islam yang tidak ada bandingannya itu)”
Para sahabat yang hafal Al-Qur’an
bahkan merasa tak pernah mendengar ayat tersebut karena mereka tidak mau hal
itu terjadi hingga seolah-olah mereka tidak mau memaknai ayat tersebut..
Masya Allah, Setelah wafatnya
Rasul, ribuan orang hijrah dari Madinah sehingga hanya tersisa sekitar 10.000
orang yang wafat di Madinah. Rata2 mereka berhijrah beralasan sudah menimba
ilmu dan sudah saatnya mereka menyebarkan cahaya Islam ke seluruh negeri..
Selain itu ada satu hal lagi yang
membuat mereka berhijrah. Satu hal adalah karena… Madinah begitu lekat dengan
kenangan bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam, hingga semua hal di
Madinah : Rumah, batu, bukit, padang mengingatkan mereka tentang kebersamaan
mereka bersama Rasul.
Wallahu a’lam bisshawab