Judul Buku
ARMAGEDDON 2, antara Petaka dan Rahmat
Penulis
Wisnu Sasongko, MT
Penyunting
Budi Permadi
Tebal/Ukuran
396 hlm, 17.5 cm
Penerbit
Gema Insani
Tahun 2008
Masih ingatkah anda dengan sebuah film science fiction Hollywood yang berjudul “Armageddon”? film tersebut mengisahkan tentang sebuah meteor (asteroid) besi yang mengancam bumi karena akan bertabrakan sehingga bisa mengakibatkan kepunahan missal bila tidak dicegah. Sebagaimana film2 science fiction Hollywood lainnya, ada beberapa tokoh yang memainkan peran sebagai “Hero” untuk menyelamatkan bumi. Alkisah dalam film tersebut NASA merekrut para ahli bor pertambangan untuk sebagai awak pesawat ulang alik yang membawa sebuah bom yang akan ditanam dalam inti meteor. Sebagaimana khas Hollywood pula, bumbu percintaan pun tak luput dalam film ini. Ayah seorang putri dan tunangan putrinya menjadi tokoh utama dalam film ini namun sayang sang ayah harus dikorbankan demi keberhasilan misi tersebut.
Tidak, tulisan ini ditulis bukan untuk menceritakan film tersebut. Hanya sekedar meningatkan dengan judul film “Armageddon” sangat terkait dengan buku yang akan saya tuliskan resensinya berikut ini.
Al-Qur’an yang Allah turunkan pada 14 abad yang lalu menubuatkan tentang akan datangnya kejadian besar yang mendunia, tentang bumi yang menjadi gelap total karena tertutup kabut global/asap global (ad-Dukhaan).
“Maka Tunggulah pada hari ketika langit membawa kabut (ad-Dukhaan) yang tampak jelas, yang meliputi manusia. Inilah adzab yang pedih..” [ad-Dukhaan: 10-11]
Note: Bagi anda yang tidak mempercayai Al-Qur’an maupun yang belum mempercayainya, berikutnya akan saya paparkan mengenai Al-Qur’an, bagaimana ia diturunkan, kaitan Al-Qur’an dengan kitab-kitab sebelumnya dan bagaimana Al-Qur’an yang sampai ke tangan kita saat ini sama sekali tidak berbeda dengan Al-Qur’an ketika pertama kali diturunkan. Untuk sementara, silakan baca tulisan saya ini sampai tuntas.
Di dalam dunia barat, Armageddon sudah menjadi sinonim bagi peristiwa Kiamat dengan jatuhnya meteor (mungkin hal ini juga yang menginspirasi film “Armageddon”), juga sudah menjadi nama bagi peperangan akhir zaman di Magiddo. Dalam kajian yang ada dalam buku ini, Armageddon bukanlah peristiwa Kiamat Kubro (besar) melainkan sebagai suatu fenomena tentang jatuhnya meteor ke bumi, yang menyebabkan seluruh bumi tertutup asap ad-Dukhaan sehingga banyak manusia tersiksa. Lalu apa hubungannya? Berdasarkan eksplorasi Al-Qur’an dan hadits, Penulis mengemukakan hipotesisnya “bahwa munculnya ad-Dukhaan/asap yang bersifat global adalah karena hantaman meteor terhadap bumi”
Bagaimana bisa itu terjadi? Yang jelas, semua dalam buku ini tidak dapat saya jelaskan merinci satu persatu. Penulis cukup pandai meramu sebuah tulisan ilmiah Qur’ani yang disertai dengan data, fakta dan bukti yang jelas sehingga pembaca dengan latar belakang apapun dapat dengan mudah memahaminya.
Ad-Dukhaan adalah asap penanda akhir zaman. Asap ini menyelimuti seluruh dunia. Secara teori, ada berbagai peristiwa di bumi yang dapat menghasilkan asap, yakni aktivitas industri dan kendaraan bermotor, kebakaran hutan, ledakan gunung berapi, ledakan nuklir dan hantaman meteor/asteroid ke bumi. Dari semua penyebab tersebut, yang dapat memenuhi kriteria terjadinya ad-Dukhaan hanyalah dari hantaman meteor ke bumi, ini karena peristiwa selain itu hanya menyebabkan asap di daerah sekelilingnya dan tidak global (menyeluruh). Ad-Dukhaan juga sudah dinubuatkan oleh Muhammad Rasulullah sebagimana disebutkan dalam Hadits Riwayat ath-Thabrani:
“Sesungguhnya Tuhanmu memperingatkan tiga hal kepadamu. Pertama, kabut (ad-Dukhaan)
yang menimpa kaum mukmin (beriman) seperti pilek (flu/selesma) dan juga menimpa orang kafir, kabut itu mengepul sampai-sampai keluar dari setiap organ tubuh pendengarannya. Kedua, hewan melata (daabah). Ketiga, Dajjal (pendusta).”
Efek yang ditimbukan ad-Dukhaan tersebut berbeda antara orang beriman (mukmin) dan orang tidak beriman (kafir). Dari sana timbullah pertanyaan, apa yang menyebabkan dampaknya berbeda? Padahal notabene secara fisik orang beriman dan tidak beriman sama? Hal inilah yang menjadi landasan penulis untuk mencari jawabannya.
Sebenarnya, fenomena jatuhnya meteor ke bumi merupakan hal yang biasa. Bumi sebagai sumber medan magnet memang rentan mendapat serangan dari batu2 angkasa, namun berkat tujuh lapis langit yang diciptakan Allah (Al-Mulk: 3-4) maka manusia dapat nyaman tinggal dibumi dan lepas dari ancaman meteor karena adanya atmosfer. Meteor yang sering jatuh ke bumi merupakan meteor batu sehingga ketika bergesekan dengan atmosfer, permukaan semakin mengecil dan yang sampai ke bumi hanyalah bongkahan-bongkahan kecil atapu serpihan-serpihannya saja. Meteorit besi merupakan salah satu jenis meteor yang mampu menghantam bumi dengan keras karena kandungan besinya yang banyak. Ada kemungkinan meteroit jenis ini yang mengancam bumi dan dapat menyebabkan ad-Dukhaan, sebagaimana kita tahu bahwa besi bukan merupakan unsur pembentuk bumi dan tidak ada dibumi, besi (Al-hadiid) merupakan sebuah rahmat yang Allah turunkan dari surga untuk manusia (Al-hadiid: 25).
Anda pasti juga sudah tahu mengenai teori kepunahan dinosaurus yang diakibatkan oleh hantaman meteor, bukan? Namun tahukah anda setiap 100 ribu tahun sekali orbit bumi terhadap matahari berubah? Dan tahukah anda bahwa kepunahan massal terjadi setiap 30 juta tahun sekali?
Note: tiap 30 juta tahun bumi kita memasuki area terpadat galaksi bima sakti yang berisi jutaan asteroid sehingga memungkinkan mengalami hujan meteor yang berakibat kepunahan massal.
Kepunahan massal terakhir terjadi sudah lebih dari 30 juta tahun yang lalu. Ini artinya kita saat ini sedang berada dalam rentang waktu 30 juta tahun berikutnya! (Wallahua’a’am, Hanya Allah yang tahu)
Banyak ilmuwan mempercayai bahwa bencana-bencana yang ada di bumi datang dari luar angkasa, ini karena masih banyak jawaban yang belum diketahui para ilmuwan mengenai siklus tersebut.
Ada dua kemungkinan yang dapat terjadi ketika meteorit besi tersebut jatuh kebumi: pertama, ia jatuh di laut dan mengakibatkan tsunami yang dahsyatnya luar biasa dan kedua, ia jatuh ke daratan yang dapat mengancam lebih banyak jiwa terutama jika jatuh dikawasan padat penduduk. Meteorit besi yang menghantam daratan akan mengakibatkan terbentuknya kawah meteor yang sangat besar dan karena meteorit ini mengandung logam maka bumi akan terinduksi magnet. Secara logika, tanah di daratan akan bercampur dengan unsur2 logam meteorit saat hantaman sehingga terbawa ke atas (langit) dan membentuk kabut/asap yang amat luas, menyelimuti seluruh bumi sehingga bumi pun gelap total. Selain itu, kabut ini mengandung gelombang elektromagnetik yang sangat dahsyar sehingga seluruh teknologi maju macam apapun akan mati total akibat induksi magnetik yang sangat kuat (at-Thuur: 44-46).
Note: Dunia ini adalah Darul asbab, yaitu tempat berlakunya hukum sebab akibat. Bahwa segala sesuatu, kejadian, peristiwa, fenomena dsb pasti ada sebabnya serta akibatnya.
Medan magnet yang sangat besar tersebut mempengaruhi kesehatan manusia saat itu. Hal inilah yang dijadikan landasan akan terjadinya perbedaan dampak pada orang beriman dan tidak beriman. Berdasarkan hadits, jatuhnya meteor akan terjadi pada pertengahan bulan Ramadhan (entah tahun berapa, Wallahua’lam). Bagi orang beriman, saat itu mereka tengah berpuasa, menjaga makanan mereka dari yang haram dan mereka selalu melaksanakan sholat. Inilah tameng bagi mereka sehingga ketika ada bencana tersebut mereka hanya mengalami flu sebagai dampak dari homeostasis (kesetimbangan) tubuh mereka.
Mengapa? Ini karena faktanya bahwa gerakan sujud dalam sholat mampu menetralkan radiasi magnetis dalam tubuh. Saat sujud, dahi manusia bersentuhan dengan bumi yang notabene mengandung medan magnetik yang lemah akibat dari earth core/inti bumi yang berputar (medan magnet yang lebih baik adalah medan magnet lemah). Dengan gerakan tersebut maka medan magnet bumi dapat menginduksi zat besi dalam darah dikepala sehingga aliran darah lancar dan stamina menjadi meningkat.
Fakta kedua, bagi orang beriman yang dipertengahan bulan Ramadhan sedang menjalani puasa, kekebalan tubuh mereka akan meningkat sehingga tidak mudah terserang virus dan bakteri yang tumbuh subur akibat tidak adanya sinar Ultraviolet (UV) yang dapat membasmi virus dan bakteri karena terhalangi oleh materi ad-Dukhaan. Sebuah penelitian di Universitas Osaka, Jepang mengungkapkan bahwa orang yang berpuasa 7 hari berturut-turut atau lebih, pada hari ke-7 jumlah sel darah putih akan meningkat sedangkan orang yang tidak puasa tidak mengalami pertumbuhan sel darah putih. Jika puasa dilanjutkan dari hari ke-7 hingga hari ke-10 maka penambahan jumlah sel darah putih akan sangat pesat dan sel ini sangat berguna dalam sistem imunitas. Puasa juga bermanfaat untuk detoksifikasi, dll. Maka jelas sekali bahwa aktivitas yang dilakukan oleh orang beriman akan berdampak positif pada kesehatannya ketika terjadi fenomena ad-Dukhaan.
Sedangkan bagi orang yang tidak beriman, mereka mengalami bengkak di wajah, kulit, gangguan mata dan telinga. Hal ini dipengaruhi oleh makanan yang mereka makan. Alkohol dan makanan haram lainnya dilarang oleh Allah SWT sebagai bukti dari kasih sayang-Nya, juga sebagai pembeda antara hamba-Nya yang beriman dan yang tidak. Memang, di dunia ini tidak ada suatu hal apapun yang diciptakan-Nya sia-sia namun apakah pantas jika kita mempertanyakan keputusan-Nya mengenai halal-haram? Yang seharusnya kita lakukan sebagai makhluk-Nya adalah mencari hikmah mengapa Allah melarang hal ini dan itu kepada hamba-Nya?
Jika ingin tahu lebih lanjut bagaimana fenomena ad-Dukhaan dapat memberikan efek yang sangat negatif bagi orang yang tidak beriman, saya rasa buku ini cukup mampu menjawab mekanisme terjadinya hal tersebut secara ilmiah dan disertai dengan landasan yang jelas. Buku ini bagaikan ensiklopedi yang dapat menambah wawasan anda secara ilmiah dan juga memotivasi anda untuk segera melakukan amalan-amalan terbaik anda di dunia. Maka, milikilah buku ini segera!
Regards,
SARAH TSAQQOFA
-Just a reader-